Selasa, 03 Juli 2012

cerpen air mata

KEHILANGAN.
oleh: Aminatur Rohmah
Selalu akan ada akhir...
Begitu pula tentang kehadiranmu
Namun apakah baiknya secepat itu?
Hanya menyisakan perih..
Sejujurnya... aku tak pernah menyesal telah mengenalmu.
Yang paling mengerti kehadiranku kini hilang.

Emosi apa yang mesti ku pergunakan?
       
............
        Lantai 9, . andin sedang menunggu perintah selanjutnya dari kak panitia pembekalan maba. Bersama teman-temannya ia bercanda dan bercerita banyak. Sampai pada tidak sengaja matanya menangkap sosok yang entah sulit untuk di jelaskan. Sosok cowok berpembawaan tenang, santai, pendiam, dingin, dan... manis.
Drrrrrttt....
Lamunan andin terhenti oleh getar tanda sms.
From: mama
        Pembekalan mabanya lancar kan din?.. jangan lupa makan dan sholat ya?..
To : mama
        Pembekalan maba lancar ma,, iya andin tak akan lupa. J
“dari siapa din?” tanya salah satu teman sekumpulan andin
“dari mama ku nih, . hehe,, nanyain pembekalan mabanya lancar apa tidak, “
“perhatian ya”
“hehe..alhamdulillah”
“untuk adik-adik, sekarang waktunya untuk mengambil jaket dan kaos, terus foto. Ayo ..” tiba-tiba suara tegas salah satu kakak panitia memberi perintah.
        Perlahan namun pasti para mahasiswa baru mendekati tempat pengambilan jaket dan kaos untuk mengantri.
Saat mengantri itulah, andin menangkap sosok dingin itu lagi, entah karena alasan apa, ia betah mengamatinya. Mungkin karena aura cool cowok itu yang unik dan berbeda dari cowok-cowok lainnya. Item manis, kurus, tapi menyenangkan untuk di lihat.
“kenapa kamu memperhatikan aku terus?” tegur cowok itu duluan ketika andin masih bengong tidak jelas.
“he? Eh,, sori-sori, . kamu kayak temenku, wajahnya hampir sama. Hehe” jawab andin mencari alasan. Padahal sih bukan itu. tapi ya masa mau ngaku? .. jadi mungkin itu jawaban terbaik.
“o, kirain ada apa. , “ jawab cowok itu pendek. Kemudian dia tidak lagi memperhatikan andin. Namun andin berniat memulai adanya percakapan lagi.
“kamu jurusan apa?”
“akuntansi, ..”
Setelah menunggu beberapa detik, andin menggerutu dalam hati. Jawabannya benar-benar singkat, menunjukkan kalau tidak peduli dan bahkan tidak menanyakan balik. Lalu apa yang harus dilakukan andin? . dia mengakhiri percakapan hanya dengan “o” .
................
        Kuliah sudah mulai. Andin menikmati hari-hari barunya sebagai mahasiswa resmi kampusnya. Saking senangnya, dia sampai sudah tidak kepikiran sama cowok dingin itu lagi.
Ketika pulang kuliah, andin yang biasa naik bis tiba-tiba di kejutkan oleh seseorang yang beberapa hari ini hampir di lupakannya.
“loh mas, kamu satu kampus sama aku kan? Tumben tidak pakai motor?”
“emang kamu pernah lihat aku pakai motor?” jawab cowok itu tetap dingin.
“ya tidak sih, tapi biasanya kan cowok suka bawa motor sendiri”
“hari ini aku lagi pengen naik bis” jawab cowok itu singkat padat dan sangat jelas.
“o, ,, btw namanya siapa?” andin memberanikan diri, dia tidak perduli cowok itu akan ilfil atau tidak. Yang penting usaha. Khakhakha...
“anjas.. , “
“o, bagus. ,, tapi emang mas tidak pengen tahu nama ku ya?”
Terlihat cowok itu menghela napas, entah karena heran atau kesal atau cewek ini terlalu banyak omong atau apa punlah..
“nama kamu siapa?” tanya cowok itu akhirnya.
“hehehe.. akhirnya.. ,, perkenalkan namaku andin. ,mas nanti turun mana?”
“di tugu muda. “
“wah kebetulan, aku juga turun disitu. ,, bareng ya”
Cowok itu menjawab hanya dengan mengangkat sebelah alisnya.
...................
Bukkk...
“aduh.. ,, eh.. maaf maaf mas. , . lho mas anjas?”
“kamu? .. siapa nama kamu aku lupa ,,.”
“andin..” hu-uh.. baru dua hari lalu kenalan. Masak udah lupa siiih.. ,  andin sibuk dengan gerutu nya sendiri.
“o iya. ,,sori sori, aku buru-buru . tidak sengaja nambrak. udah dulu ya.”
“iya.” Hiiih.... ,, harusnya ini jadi sweet moment.
...................
“mas,, ketemu lagi..^^” sapa andin dengan memasang wajah paling ramah sedunia.
“bisa tidak panggilnya jangan ‘mas’ ??”
“ha? la kenapa?”
“kita kan se angkatan. Jadi lebih baik panggilnya pakai nama saja”
“o, gitu ya? Oke deh. . eh tapi kayaknya nanti bakal aneh kalau aku panggil nama aja.” Jawab andin serasa tidak mau kalah.
“apa yang aneh?”
“em.. tidak paham. ,, pokoknya aneh aja >,<”
Anjas menghela napas lelah.. . , sepertinya dia bukan tipe orang yang suka debat lama-lama. Beda dengan andin, penyuka debat sejati.
“ya sudah... terserah mau panggil mas atau mus atau mis sekalipun. Asal itu bisa membuat kamu tidak banyak komentar, sip lah”
“hahahahahha.... ,, oke oke oke.. , makasih ya mas”
Anjas hanya membalas dengan senyuman tipis yang tidak jelas.
.............
Beberapa waktu berlalu. Andin sering ketemu anjas. Kenal lebih dekat. Ternyata anjas orangnya baik kalau kita sudah mengenalnya lebih lama. Mungkin kesan pertama dia tampak dingin, cuek, dan merasa tidak perlu kenal orang lain. Tapi dengan segera anggapan itu sirna dari benak andin. Malah, di antara teman-teman andin yang cowok, anjas lah yang paling menyenangkan dan mengerti.
“mas, nanti pulang bareng ya..”
“oke. ,” jawab anjas sambil mengacungkan jempolnya.
        Entah apa yang sedang terjadi pada mereka, andin dan anjas jadi semangat saat menghadapi saat-saat mau berangkat dan pulang kuliah. Karena pada saat itu lah mereka akan mudah untuk bertemu. Hihihi.
Dan semakin hari, tampaknya anjas semakin ramah saja. Andin pun semakin melebarkan senyum untuk melewati hari-harinya.
..............
“tidak ku sangka, orang yang awalnya begitu dingin ternyata adalah sosok yang pengertian dan menyenangkan. Terkesan tidak membosankan, .hehe” andin bergumam pada dirinya sendiri.
........
“andin itu lucu juga. Tidak pernah takut untuk mengeluarkan isi pikirannya,. Bersemangat, ceria, dan manis....” pada tempat berbeda namun di waktu yang sama. Seseorang juga tengah bergumam pada dirinya sendiri.
...............
“mas, tumben mau nraktir , . aku kira mas anjas bakal sering sebel kenal aku.hehe”
“emang sering bikin sebel sih, tapi bukan berarti itu membatalkan niatku untuk berbuat baik donk”
“iya sih. ,, tapi dalam rangka apa nih?, emang mas anjas ultah? Atau jangan-jangan baru jadian?” andin agak aneh ketika meluncurkan pertanyaan yang terakhir.
“jadian? .. sama siapa gitu?”
“ya sama cewek lah.. ,, suka cewek kan?”
“hus.. ya suka lah. ,,”
“la kok masih nanya.. ???”
“.. aku tidak sedang jadian sama siapa-siapa kok. Cuma tidak tahu kenapa pengen saja ngajak kamu makan bareng”
“o. Oke deh sip ,, .”
“ayo pesen..!”
............
“mas, makasih atas traktirannya.. ,, tak tunggu yang berikutnya ya? Hehehe”
Anjas tampak kepikiran sesuatu.. entah apa. Dia terlihat memendam sesuatu.
“iya... Insya Alloh “
“oke deh, .. pisah dari sini ya. ,, “
“tidak mau aku antar sampai rumah..?”
“ha? tumben... ,, . em,, mas anjas masih pengen ketemu aku ya? Hihihi.. ,, tidak usah mas. ,, besok kan bisa ketemu lagi.. “
“em. ,, oke, . “
“dada...”
“daa..”
................
“din, kamu tahu tidak, tadi aku dengar ada mahasiswa yang meninggal. Kemarin sore. ,, cowok kalau tidak salah.” Lita memberitahu andin mengenai info terbaru seputar lingkungan kampus.
“ha? ya Alloh... innalillahiwainnaillahiroji’un.. ,, . . sayang ya, masih muda”
“iya, katanya satu angkatan sama kita..”
............
“kok tadi pagi aku tidak bareng mas anjas ya? Apa dia pakai motor? ,, iya mungkin . huuh..”
..........
        Andin merasa ada sesuatu yang salah. Berminggu-minggu ia tidak pernah bertemu sama sekali dengan anjas. Walaupun anjas naik motor pun, pasti sekali-sekali dia naik bis, atau pasti juga bisa ketemu di kampus. Terutama di perpustakaan. Karena andin tahu kebiasaan anjas yang suka mengunjungi perpustakaan untuk membaca buku.
“kemana ya orang itu??? masak udah berminggu-minggu tidak ketemu?. apa mungkin dia udah tidak kuliah lagi? . huss.. masak iya gitu? , pasti dia cerita. . ini tidak ada kabar sama sekali..”
............
        Setelah melewati seharian dengan perasaan galau dan semangat drop karena orang yang di carinya tiba-tiba hilang. Tiba-tiba....
“din, kamu di cari seseorang... “
“siapa? Cewek apa cowok???”
“cewek..”
“oh..” andin ber’oh’ kecewa. Dia berharap itu adalah anjas.
“maaf, ini mbak andin? Temannya mas anjas??”
“iya...” kenapa dia tahu namaku? Kenapa tahu mas anjas? Kenapa tahu aku temennya mas anjas?
“mbak, aku adiknya mas anjas. ,, maaf baru sekarang aku memberitahu. , ini ada surat dari mas anjas buat mbak andini. . ini surat perpisahan. ,, “
“tunggu dulu, surat perpisahan? Mas anjas mau pindah keluar kota ya?”
Adik anjas terlihat sendu, mendengar pertanyaan yang dilontarkan dengan semangat ingin tahu yang besar, rasanya ia tidak ada daya untuk menjawab.
“waktu itu, tepat tanggal 1 Mei, sore... pas baru sampai rumah setelah pergi, mas anjas tiba-tiba batuk-batuk berdarah.. ,, aku dan mama langsung membawanya kerumah sakit. Mas anjas tidak sadarkan diri. Beberapa saat setelah di tangani dokter, mas anjas siuman, . tiba-tiba dia meminta bolpoint dan selembar kertas. Kemudian dia menulis sesuatu, melipatnya dan menyuruhku untuk memberikannya pada mbak andin, di surat itu di cantumkan nama lengkap, jurusan dan angkatan mbak andin. Selang beberapa menit, mas anjas tidak sadarkan diri lagi... ,, dan... aku sama mama terisak ketika tahu bahwa itu adalah tidurnya untuk selamanya. .. mas anjas sudah lama sakit mbak. . sudah lamaaa banget. ,, dia mencoba bertahan dan saat itu adalah batas pertahanannya” selesai kalimat terakhir, tangisnya kini meledak. Sesenggukan.
Andin hanya diam terpaku, mencoba mencerna, mengerti, ikhlas, sadar itu fakta.. ,, berat! Berbagai perasaan berkecamuk. Hatinya runtuh.. dan airmatanya pun luruh...
Untuk andin....
          Maaf jika mungkin aku tidak bisa mentraktir mu lagi. bukannya pelit atau bagaimana. Hanya saja.. aku ada sesuatu yang tidak mungkin kujelaskan  padamu...
Aku merasa sudah tidak memiliki cukup banyak waktu ...
Maaf ku sampaikan atas segala salah dari awal kita kenal sampai sekarang..
Anjas
Jadi itu traktiran yang pertama sekaligus yang terakhir....
Dan kemudian.... andin memberanikan diri untuk mendatangi makamnya.. , perasaan yang sulit untuk di jelaskan maknanya. Terus tersimpan.. , entah sampai kapan.
END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar