Minggu, 09 September 2012

cerpen cinta :: siapa yang mau ngerti 6


Siapa yang mau ngerti? 6
Oleh: Aminatur Rohmah

        Setelah gejolak luar biasa karena keputusan tidak adil dari ortunya, Ara masih tak bisa menerima fakta ini. hatinya hancur, tidak tau lagi gimana cara memperbaikinya. Sms dari temen-temennya sampai tidak di gubris, beberapa telepon dari Ari juga tidak dihiraukannya.


........

        Keesokan harinya  Ara memutuskan untuk berangkat kuliah. Rupanya dirumah hanya akan membuatnya semakin teringat dengan keputusan pisah orang tuanya. Dia butuh hiburan.
        Pulang kuliah, seperti biasa ketika hatinya lagi kacau, Ara jalan-jalan di Taman KB. Lagi-lagi kali ini gerimis melanda. Ara merapatkan jaketnya. Terdiam ia memandangi hujan rintik-rintik yang turun. Hatinya sendu se sendu cuaca hari ini...
        Karena tidak tau apa yang akan dilakukannya, dia memilih diam saja.. menikmati alunan percikan air hujan.. , tak jauh dari tempatnya duduk. Ara melihat sepasang kekasih yang tampaknya juga sedang melindungi diri dari hujan. Mereka tampak gembira, senyum selalu menghiasi wajah mereka, apalagi si cewek, terkadang si cewek menengadah dan si cowok mengangguk. Si cewek lagi-lagi tersenyum bahagia.
        Tiba-tiba mata Ara terdapat genangan air. Sekali kedip, maka air itu jatuh. Seketika itu ia menangis dalam diamnya. Ia merasa tidak begitu sendiri karena ditemani langit yang juga meneteskan airnya. Entah kenapa tiba-tiba ia ingat Ari. Gelombang airmata kedua pun tak dapat dicegahnya.
        “Ara..?”
Ara terkejut plus sadar dari lamunannya. Siapa yang memanggilnya. Dengan enggan ia menoleh ke arah suara itu yang berada di belakangnya.
        “Ari?”
Cowok itu tersenyum penuh arti, seakan mengetahui apa yang tengah di alami gadis di depannya, karena sudah terlihat jelas dari mata Ara.
        “hujan-hujan, ngelamun sendirian, mata sembab, pasti lagi kacau..” kata Ari memulai pembicaraan ketika sudah duduk disebelah Ara. Ara hanya diam. Tak perlu menjawab karena kata-kata Ari emang benar. “kog kemarin sama sekali gak ada kabar?”
        “kemarin lagi gak pengen di ganggu..” jawab Ara sendu.
        “kenapa lagi sih Ra?” tanya Ari lembut.
        “gak pa pa kog..” balas Ara singkat.
Tampak cowok itu menghela napas pelan. Dia tau, tidak mungkin dengan mata sembab begitu Ara sedang dalam keadaan baik-baik saja. Pasti ada sesuatu yang terjadi pikirnya. Tapi dia juga tidak bisa memaksa cewek disebelahnya untuk cerita.
        Ari akhirnya memilih untuk diam. Jadi mereka berdua sama-sama diam dan sibuk dengan benak masing-masing. Ditemani irama rintik air hujan.
        Ingin sekali Ara bercerita tentang orang tuanya. Tetapi ia terlalu malas untuk membahas itu. sudahlah.. biar dia sendiri aja yang tau.. karena dia juga belum crita dengan Wulan tetangga sekaligus sahabatnya dari kecil.
Trus selanjutnya... bayangin aja terdengar lagunya GAMALIEL FT AUDREY – BERSERAH. Lagu itu bagus tau gak. Cocok untuk OST kisah-kisah anak muda yang butuh pencerahan.

Ara baru nyampe rumah sore menjelang maghrib.
        “mbak Ara, tadi di cari bapak..” kata mbak Ijah.
        “trus sekarang papa mana??”
        “setelah tau mbak Ara belum pulang, bapak kembali ke kantor.”
Ara menghembuskan napas lelah. Segera ia mencapai kamarnya.
        Sekitar jam 8-an, ayah Ara pulang dan langsung mencari Ara.
        “Ara, papa mau ngomong sebentar..” ayah Ara menghampirinya ketika sedang nonton tivi.
        “ya”
        “kamu sudah memikirkan tentang keputusan papa dan mama kan?”
        “udah”
        “setelah pisah nanti, kami tidak akan menentukan kamu akan ikut siapa, kamu sendiri yang menentukan. Rencananya ayah mau pindah ke Jakarta, dan mama ke rumah nenek di Malang”
        “kenapa pada pindah jauh-jauh sih pa? emang gak bisa ya di deket-deket Semarang aja?” jawab Ara tampak sudah terlihat jutek. Dia udah lebih muak sekarang.
        “itu sudah keputusan papa dan mama Ra”

        Selalu seperti itu, ini sudah keputusan papa dan mama Ra. Ara muak mendengar kata-kata itu. terlihat jelas betapa egoisnya mereka. Apakah orang dewasa emang kayak gitu? Seribet apa sih hidup mereka? Sehingga sampe seperti itu. selalu menjadikan masalah menjadi rumit. Ara tak mengerti dengan kedua orangtuanya. Ia bingung..


Siapa yang mau ngerti?


        Ari sendiri kian ragu. Apa sebaiknya yang ia lakukan.. dalam hatinya ia ingin mengungkapkan perasaannya kepada Ara. Tapi perbedaan itu selalu berhasil menghapus asa nya. Kembali ia ragu dengan diri sendiri.
        Keesokan harinya Ari nekat menemui Ara. Sengaja Ia menunggu Ara selesai kuliah. Ia berniat harus mengatakannya. Selagi ada kesempatan. Masalah gimana nantinya, ia berniat akan siap menanggung segala resikonya. Ya! Ia harus mengungkapkannya.
        “hai..” sapa Ari ketika Ara sudah menemuinya di depan kampus.
        “hai juga.. , kabar kamu gimana hari ini Ri?”
        “baik. Kamu??”
        “yach.. seperti yang kamu liat sekarang. Hehe. ,”
Entah kenapa hari ini Ara begitu senang bertemu dengan  Ari. Karena pikirnya bisa saja bulan ini.. Desember terakhir ia bertemu Ari. Ara sudah membuat keputusan tentang perpisahan orang tuanya. Begitu urusan perceraian itu selesai, Ia sudah tau akan ke arah mana selanjutnya.
        Hari itu, Ari mengajak ke tempat yang belum pernah di datangi Ara. Di suatu taman yang indah..
Ketika Ara tengah sibuk memperhatikan suasana taman. Ia dikejutkan dengan  kedatangan Ari yang tadi ijin mo mengambil sesuatu di mobilnya yang belum di ketahui Ara. Ternyata Ari membawa rangkaian bunga bugenvil yang cantik.
        “buat kamu.. , kamu suka bunga bugenvil kan?” kata Ari.
        “dari mana kamu tau aku suka bugenvil??” jawab Ara masih tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
        “kamu pernah memasang foto sampul fb mu dengan gambar bunga bugenvil. Jadi kupikir kamu sangat menyukai bunga itu.” senyum kemudian terkembang dari bibir Ari.
Refleks Ara pun juga ikut tersenyum. Tak menyangka akan ada yang sebaik ini pada dirinya. Jika Ari tau tentang itu, berarti cowok itu memikirkannya kan?. Ara jadi terharu..
        Kemudian mereka mencari tempat duduk di bawah pohon yang rindang.
        “Ra.. , kita udah saling kenal dari musim kemarau sampai musim hujan. , aku nyaman kenal sama kamu. kadang aku kepikiran takut kehilangan kamu.” deg.. refleks Ara menegang. Kata-kata Ari membuat jantungnya serasa tiba-tiba berhenti. Takut kehilangan dirinya? Dia jadi takut akan fakta yang mungkin akan terjadi dalam hitungan hari lagi.
        “aku....” Ari melanjutkan kalimatnya. “aku sayang kamu. , lebih dari sekedar teman..” “bagaimana menurutmu Ra?”
        “apa?... sejak kapan Ri?”
        “sudah cukup lama..”
        “dan kamu baru mengungkapkannya sekarang?”
        “untuk memperoleh keberanian ini gak mudah Ra.. , aku selalu teringat dengan perbedaan yang kita alami..” jadi selama ini Ari juga memikirkan perbedaan di antara kami? Ya Tuhan... “maaf jika baru sekarang aku jujur. Aku harap kamu gak langsung menjauhi aku ato gimana.. , aku akan berusaha terima apapun keputusanmu..”
        “Ri.. , sori.. aku gak bisa membuat keputusan sekarang. Bukannya aku gak suka ma kamu. tapi.. kamu tau kan kita berbeda. Jadi aku gak bisa buru-buru memberi jawaban” Ara menjawab apa yang bisa ia jawab.
        “iya.. aku ngerti.. ,” dengan segala upaya Ari tetap tersenyum. Ia tau.. ini juga berat untuk Ara.


Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar