Siapa yang mau
ngerti? 1
Oleh: Aminatur Rohmah
Hari
ini Semarang begitu panas. Terang saja, karena ini emang lagi musim kemarau.
Hari ini pula, hati seseorang juga lagi panas, malah panasnya melebihi panasnya
cuaca hari ini. dia lagi merasa gak mud. Bete plus sebel bin kesel.
Karena
suntuk orang ini nekat keluar rumah di kala siang panas menyerang. Dari
rumahnya di daerah Sampangan ia naik angkot menuju jalan pandanaran. Dia turun
di depan Mcdonals lalu jalan kaki ke Simpanglima. Emang mungkin bagi orang lain
nih anak aneh, napa gak langsung aja naik angkot ke Simpang lima, kan angkot
dari sampangan juga melewati Simpanglima. Tapi ya begitulah cewek yang kerap di
sapa Ara ini. ia emang tipe orang yang semaunya sendiri. suka2 gitu. Jangan
sampe bikin urusan ato nekat ikut campur urusannya. Pasti lah bisa dapet bogem
dadakan.
“hu-uh... , lama2 bosen kemana-mana sendiri. ,
punya temen kayak gak punya temen. , lagi jomblo lagi. malesi. , dirumah di
salah2in mulu ama ortu. Gak ada seorang pun yang membela. Mesti harus sendirian
menghadapi semua ini. gak adil!!!” gerutu Ara ketika udah sampe di deket Simpanglima,
ia duduk santai di tempat berteduh dekat Masjid Baiturrahman. Sambil
mengayun-ayunkan kakinya, ia memasang muka sebel dan sedih tanpa tangis. Namun
matanya masih sembab karena semalam udah dua jam nangis sendirian di kamarnya.
Di
kejauhan, tanpa disadari Ara, ada yang memperhatikannya. Seorang yang belum di
kenal Ara, dan bisa di jamin orang itu juga belum kenal Ara. Tapi karena
menurutnya ekspresi cemberut Ara itu menarik, jadi orang itu mendekat.
“galau ya?” sapanya sok akrab. Bisa nebak ini
orang cowok apa cewek?.. orang itu lalu duduk disebelah Ara.
“kamu ngomong sama aku?” jawab Ara dengan tampang
polosnya.
“ya iyalah... , emang disini yang lagi galau siapa?”
“siapa?” Ara balik tanya dengan wajah khas tanpa
dosanya.
“ya situlah??? Yang muka nya cemberut siapa?”
“aku? cemberut? Masa sih???” loh nih cewek eror
ya. Masak gak ngrasa ia lagi berekspresi kayak gimana. Tapi ya begitulah Ara.
Sering banget eror.
“hah.. ,,iya.. dirimu keliatan cemberut. Jadi
kesimpulannya pasti lagi galau kan??, oya kenalin, aku Ari. Cowok itu
mengulurkan tangannya.
“aku Ara, . kog kamu pede banget ngajak kenalan
duluan? Baru kali ini aku ketemu cowok kayak kamu”
“masa hanya kenalan gak pede. Kan itu merupakan
hal yang terpuji. , oya betewe, nama kita hampir sama ya? ,, jangan2 jodoh..
hehe”
“emang ngaruh???”
“bisa jadi.. , . kamu galau kenapa? , eits jangan
jutek dulu, aku Cuma tanya doank. Kan kita sekarang udah resmi temenan. Siapa
tau aku bisa jadi pendengar yang baik” kata Ari dengan enjoy.
Nih cowok cukup aneh, tapi baik sih. Baru kali ini
ada orang yang perhatian. Batin Ara sambil mengamati cowok itu bener2.
“hei..kenapa bengong?” tanya cowok itu. Ara segera
kembali ke alam sadarnya.
“aku agak heran aja. Ternyata ada juga yang
perhatian dengan masalahku, padahal kita baru beberapa menit yang lalu kenal.” Gak kayak ortu, yang mungkin selamanya gak
akan pernah bisa perhatian.
“emangnya gak ada yang perhatian selain aku? dan
apa salah jika orang yang baru kenal udah perhatian?” jawab cowok udah mulai
serius.
“bisa gak tanya nya satu2? Otakku tuh pas-pasan,
jadi jangan kasih aku hal2 yang rumit dengan dua pertanyaan panjang kayak gitu.
,”
“ya udah aku ulang. , emang gak ada yang perhatian
selain aku?” tanya cowok itu kembali.
“gak ada...”
“trus apa salah jika orang yang baru kenal udah
perhatian?”
“ya gak sih.. tadi kan aku Cuma agak heran aja.”
“ya baiklah... , trus kamu galau kenapa donk?”
tanya Ari lagi.
“kesepian...”
“la ortumu dan teman2mu?”
“mereka sibuk dengan urusan sendiri2.”
“pacarmu?”
“jomblo”
“oh.. sori,, .”
“ga pa pa, santai aja. , kamu ndiri, pa gak ada
yang marah sekarang lagi duduk deket cewek?”
“gak kog, aku murni jomblo, hehe..”
“ow.. , kamu anak mana sih?”
“aku cah Udinus. Kamu?”
“kalo aku cah Unisbank.”
“ambil jurusan apa???”
Dan
obrolan itu terus mengalir. Ara lebih enjoy sekarang karena akhirnya ada juga
yang bisa di ajak ngobrol santai. Gak kayak kalo ama ortunya yang selalu
menyulut petengkaran yang kemudian ortunya juga saling bertengkar sendiri. dari
kecil Ara sering dihadapkan dengan situasi orang tua yang sering bertengkar
bahkan untuk masalah sepele sekalipun. Seringnya Ara bertengkar sama ortunya
karena sang ortu selalu menuntutnya melakukan ini itu. padahal untuk ukuran
remaja siapa sih yang mau di atur2? Remaja kan punya arah sendiri, punya
keinginan dan minat sendiri. Ara serasa jadi robot kalo terus2an di atur2 kayak
gitu. Toh selama ini yang dilakukan Ara juga positif2 aja. Nilai kuliahnya
hanya dikit yang dapat C. Ortunya emang banyak mau nya. Banyak menuntut tapi
merekan sendiri sibuk dengan urusan masing2. Yang dibesar2in emosinya doank.
Gimana Ara yang sekarang jadi anak semata wayang bisa betah dirumah.
Sebenarnya
Ara punya kakak perempuan. Tapi gak tau kenapa kakaknya nekat bunuh diri dua
tahun yang lalu. Ara sangat terpukul. Bagaimana ia bisa menerima kakak
kesayangannya meninggal dengan cara seperti itu. suatu saat Ara nekat
mencari-cari buku harian kakaknya. Jadilah ia mengetahui kenapa kakaknya sampai
nekat. Ujung2nya karena rumah tangga bobrok mereka. Dimana si kakak udah capek
mendengar pertengkaran dan tuntutan yang tiada henti. Ditambah lagi ia tengah
hamil dan pacar brengseknya gak mau tanggung jawab. Hingga ia putus asa. Dan
tinggallah Ara sendirian menghadapi semua ini. kadang ia berpikir bahwa kak
rina tega meninggalkannya. Namun ia juga ngerti posisi kakaknya saat itu.
kenangan itu tak akan pernah di lupakannya. Kenangan yang terus mempunyai arti
baginya. Sebulan sekali ia mengunjungi makam kakaknya, bercerita tentang
kegelisahan hatinya. Betapa pedih, saking gak ada yang mengerti, Ara sampai
curhat dengan makam. Ia juga berdoa semoga Tuhan mengampuni dosa2 kakak. Ara
tau, kak rina orang baik, ia hanya putus asa.
Setelah
ngobrol2 asik, Ara dan Ari bertukar nomor hape dan facebook. Agar tak putus
komunikasi gitu deh.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar